Jumat, 22 Juni 2012

Manfaat Angkak

BERAS MERAH CHINA atau angkak merupakan pengawet dan pewarna makanan alami dan menyehatkan. Juga dianggap sebagai obat bermacam penyakit. Berdasarkan penelitian, produk olahan dari beras ini bisa menurunkan kelebihan kolesterol.
Kata angkak kian sering terdengar seiring merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD muncul secara rutin setiap tahun, khususnya di musim hujan. Beberapa warga masyarakat percaya bahwa angkak dapat digunakan sebagai obat pendongkrak trombosit.

Sejauh ini memang belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung hal tersebut. Namun, bila bukti-bukti empiris di masyarakat telah menunjukkan hal tersebut, tentu tidak ada salahnya untuk dicoba. Dalam tulisan berikut pembahasan tentang angkak hanya dikaitkan dengan perannya sebagai pewarna, pengawet, serta penurun kolesterol darah.
Angkak ialah produk hasil fermentasi dengan substrat beras yang menghasilkan warna merah karena aktifitas kapang Monascus purpureus. Angkak secara tradisional telah lama dimanfaatkan sebagai bumbu, pewarna dan obat, termasuk di antaranya adalah obat demam. Angkak adalah produk beras (putih) yang difermentasikan hingga warnanya menjadi merah gelap. Karena warna merahnya, angkak sering disebut beras merah, sehingga menjadi rancu dengan sebutan beras merah padanan dari brown rice dalam bahasa Inggris. Padahal antara angkak dan brown rice berbeda. Beberapa nama lain/sebutan lain untuk angkak adalah Fung khiuk, beni-koju, CholestinTM, Hong qu, Hung-chu, Monascus , Red koji, Red Leaven, Red Rice, Red Rice Yeast, Xue Zhi Kang (setelah diextract dalam alcohol) , Zhi Tai (dalam bentuk bubuk).

Angkak ini adalah produk fermentasi yang berasal dari negara China. Pembuatan pertama dilakukan oleh Dinasti Ming yang berkuasa pada abad ke-14 sampai abad ke-17. Dalam teks tradisional The Ancient Chinese Pharmacopoeia disebutkan bahwa angkak digunakan sebagai obat untuk melancarkan pencernaan dan sirkulasi darah. Angkak menjadi konsumsi harian masyarakat Cina terutama sebagai pengawet dan penyedap makanan. Penduduk Taiwan memilih meminumnya dalam bentuk anggur beras. Sebenarnya angkak tidak mempunyai rasa. Etnis Cina mempunyai kebiasaan mencampurkan angkak agar perut nyaman setelah makan dan masakan berwarna merah lebih menarik.

Angkak dapat pula dibuat dari bahan-bahan sumber karbon lain seperti gadung, kentang, ganyong, suweg, ubi jalar, dan tapioka tetapi intensitas warna yang dihasilkan tidak sebaik pada beras. Nama angkak diduga berasal dari jenis kapang (“jamur”) yang dimanfaatkan sebagai biang fermentasi, yakni Monascus. Walaupun demikian, angkak dibuat dengan kapang jenis lainnya seperti Monascus purpurea dan Monascus pilasus sebagai biang. Angkak juga memiliki beberapa khasiat yang diperlukan oleh tubuh, diantaranya adalah meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah, menurunkan tekanan darah, sebagai pewarna alami makanan selain itu juga dapat digunakan sebagai pembangkit rasa makanan.

Penggunaan & Penyajian Angkak
Umumnya angkak menjadi konsumsi harian masyarakat etnis Tionghoa terutama sebagai pengawet dan penyedap makanan. Mereka mempunyai kebiasaan mencampurkan angkak dalam masakan agar perut nyaman setelah makan dan masakan berwarna merah lebih menarik. Penduduk Taiwan memilih meminumnya dalam bentuk anggur beras. Sebenarnya angkak tidak mempunyai rasa. Namun perlu diperhatikan juga penggunaannya dalam masakan, karena bila jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan rasa yang sedikit pahit.
Cara paling sederhana untuk memperoleh manfaat angkak adalah dengan cara menyeduh (atau juga bisa direbus) kurang lebih 30 – 100 gr angkak dengan air panas sebanyak 2 gelas (sekitar 500ml) hingga berubah warna, saring, kemudian diamkan hingga dingin dahulu baru siap untuk diminum.
Sekarang ini pun bisa ditemui ekstrak angkak ini dalam bentuk kapsul suplemen yang dijual di apotek-apotek (misalnya Cholestin).

Dosis dan Efek Samping
Sejauh ini, belum ada penelitian yang benar-benar bisa membatasi jumlah maksimal konsumsi angkak yang dianjurkan untuk kesehatan. Menurut penelitian sendiri, jumlah angkak yang dikonsumsi rata-rata per hari di Asia adalah sekitar 14 – 55 gram. Bisa dibilang angkak cukup aman untuk dikonsumsi sehari-hari. Namun demikian, tentu perlu diwaspadai juga agar jangan sampai terlalu berlebihan. Karena seperti kita tahu, apapun yang terlalu berlebihan dikonsumsi tentunya kurang baik bagi kesehatan.
Efek sampingnya sendiri terbilang cukup aman. Hanya ada kemungkinan alergi pada kasus tertentu yang sangat jarang ditemui. Namun karena dikhawatirkan adanya mekanisme Monacolin dalam liver, maka dianjurkan sebaiknya orang yang memiliki masalah dengan liver atau ginjalnya (sedang dalam masa pengobatan) ataupun wanita yang sedang hamil/menyusui untuk tidak mengkonsumsi angkak (menurut Medline Plus dan Medical Nutritional Institute).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar